Mantra Itu Berbunyi "Tanggung!"

Jepretan Kaki Saya Pas Kemaren Lari
Jepretan Kaki Saya Pas Kemaren Lari

Alhamdulillah, kemarin saya bisa wujudin 1 pencapaian yang sejak lama pengen saya wujudkan. Kedengarannya simple memang, yaitu bisa kuat lari 5 km dengan pace 7-8 menit/km. Tapi untuk seseorang yang baru membiasakan diri lari seperti saya, beuuuuhh ada banyak sekali hal yang menghambat.

Rintangan yang Harus Dilewati untuk Bisa Naikin Target

Pertama, pastinya kondisi fisik dan anggota tubuh saya, terutama kaki yang belum terbiasa. Selama 2 bulan awal, tulang kering dan betis kaki saya pasti selalu nyeri. Dan masa recovery-nya butuh beberapa hari. 

 

Yaa, mungkin sebabnya karena teknik berlari saya masih ngasal, pemanasannya masih belum bener, habis lari langsung nekuk kaki, dan masih banyak lagi faktor penyebabnya. Dan ya memang ini, yang pengen saya highlight. Bahwa tak mudah untuk tahu semua faktor persiapan matang itu di awal-awal saya memulai kebiasaan berlari.

 

Kedua, pastinya soal mental. Di masa awal, lari 1 km aja capeknya udah minta ampun. Dan untuk bisa ningkatin jarak ke 2 km, 3 km, dst, mental saya butuh dikompromikan berbulan-bulan.

 

Saya sempat ada di fase-fase pengen terus di 2 atau 3 km saja. Bahkan, kalau mood lagi kurang baik, saya cuma berlari 1.5 km (ini biasanya abis balik kerja karena udah terlanjur capek). Bahkan, di tulisan ini, saya sempat menarget baru bisa berlari 5 km di Kuartal 2 (Mei/Juni). Mindset dan mental saya masih ingin terlalu santai.

 

Tapi apa yang kemudian membuat saya bisa memaksa diri untuk berlari 5K dari sekarang?

Mantra Itu Berbunyi "Tanggung!"

Setelah 7 bulan, target 5K saya bisa tercapai tentunya bukan hanya karena 1 sebab. Tak dipungkiri, kondisi fisik yang sudah mulai terbiasa, ketahanan tubuh yang mulai meningkat jadi salah 2 sebabnya.

 

Tapi di luar dari itu, ada 1 mantra yang kemaren hadir saat saya lari dan terus memaksa saya mencapai target 5K. Ya, mantra itu adalah pengulangan kata “Tanggung!” di kepala saya. 

 

Saat saya baru lari 1 km dengan pace 6 sekian, saya berhenti sejenak. Mulai merenungkan, kayaknya hari itu saya cukup 3 km saja. Tapi, indera-indera saya yang merasa suasana sedang sejuk-sejuknya, angin sedang enak-enaknya, menggoda nalar saya untuk berdilema. Sehingga, mantra itu hadir, “Apa gak tanggung? Kenapa gak target 5K itu diwujudin sekarang aja?”

 

Akhirnya, proses lari saya lanjutkan. Dan sudah 3K. Isi kepala saya kurang lebih begini.

 

Berhenti gak, nih?

 

Aduuh! Mana perut belum diisi? Nyeri banget! Kayaknya sulit buat lanjut!

 

Kalaupun lanjut, kayanya 4K aja, ya?

 

Tapi saat mulai berangan-angan ingin 4K aja, mantra itu kembali hadir.

 

4K? Apa gak tanggung? Kan dikit lagi 5K?

 

Mantra itu pun mulai bekerja. Setelahnya, saya mulai mencari solusi. Oke, energi udah mulai lemes dan haus udah kerasa, sekarang coba minum minuman elektrolit. Perut udah mulai keroncongan dan nyeri, sekarang coba ganjel dengan beli jajanan di warung. Akhirnya saya pun istirahat 15 menit.

 

Dan bener saja. Efek setelah itu, energi kembali hadir, perut gak lagi nyeri, dan saya jadi lebih fresh buat memulai lari lagi. Sehingga, dari sana saya lanjutkan 2K sisanya. Target 5K pun tercapai dalam waktu 37 menit dan pace 7:25/km. Sebuah hasil yang lumayan 😀

Mantra “Tanggung!” adalah Bentakan Keras ke Diri yang Kalo Bikin Target “Nanggung” Banget!

Saya baru tersadar setelah menulis jurnal ini. Setelah direnungi, mantra “tanggung!” yang keluar sepanjang saya berlari kemarin ternyata tidak tiba-tiba muncul. Ia hadir sebagai wujud bentakan keras pada diri saya yang kalo bikin target nanggungnya minta ampun.

 

Mulai dari target 5K yang pengen diundur sampai Mei/Juni dan proses naek target yang maunya cuma 1K per beberapa bulan. 

 

Urusan bikin target-targetan memang kembali lagi ke diri masing-masing. Kapasitas dan kerealistisan hanya diri yang tahu. Tapi, saya baru sadar kalau kapasitas tak beranjak konstan. 

 

Maksudnya adalah, dalam konteks proses lari saya. Kapasitasnya gak naik per 1 km seperti yang saya mau. Kapasitas itu bisa saja naik jadi 2 km per sebulan/2 bulan kalau diiringi persiapan yang serius dan mental yang tepat.

 

Begitupun dalam situasi lain. Misal, kamu yang lagi menjalani habit membaca buku. Dari yang awalnya gak suka, terus pengen dibiasakan suka. Perharinya menarget membaca 10 halaman dan begitu seterusnya selama sebulan. 10 halaman terus setiap harinya. Tapi, apakah kamu yakin akan terus membaca 10 halaman per hari walaupun prosesnya sudah berjalan setengah tahun?

 

Kapasitas kita meningkat seiring dengan proses yang dijalani bergerak ke konsisten. Ketahanan membaca meningkat, kemampuan nalar dalam memahami juga meningkat, dan kalau semua meningkat kenapa harus menarget hal yang sama terus-menerus?

Bagikan Konten Ini

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *